Laman

Sabtu, 18 Juli 2009

Mendung (02)

Namun tiba-tiba mendung durjana datang bersama angin yang berhembus kencang. Bulan imajinasiku tenggelam dalam lautan mendung dan menyatu dalam gelap malam. Hitam pekat mencekam, mengiris nurani menjadi serpihan-serpihan kenyataan pahit, sakit.
Kamu datang menghampiri dengan sebotol wisky yang tinggal setengah, lalu kau berbisik "aku telah datang sayang", samar di telinga namun terus bergema dalam ruang otakku. Sebuah ironi skeptis kau tawarkan. Otakku berontak dan berguman lirih "ini bukan kamu, bukan wujudmu", walau bentukan tubuhmu terpampang jelas di depanku. Ku coba membangun imajinasi baru tentangmu sehingga terjadilah pertempuran hebat antara "nyatamu" yang tak terima ku katakan "tak nyata" dan "tak nyata" yang terwakili otak-otakku yang terus berusaha membangun imajinasi kenyataan tentangmu.
Kau mengamuk dengan mata terpejam, mencakar kesana kemari, tak peduli apa dan siapa semua kau babat habis. Aku jatuh tersungkur setengah bersujud di depanmu, otak kananku tertusuk jari kelingkingmu. Lalu sunyi hening berhembus meredam segala emosi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar